Rabu, 30 November 2016

Kitab Fasholatan KHR Asnawi Kudus Istimewa Sebagai Khazanah Ulama Nusantara

Khazanah Nusantara :
Kitab Tuntunan  Ibadah Praktis Karya Mbah Asnawi




Nama Buku               : Fasholatan
Pengarang                  : KHR.  Asnawi Al-Qudsy
Penyusun                   : Minan Zuhry Asnawi
Penulis                        : Rodhi Arif
Penerbit                      : Perc. Menara Kudus
Tahun Terbit             : 1375 H.
Halaman                     : 100 hlm.
Ukuran                       : 17 cm x 11.5 cm
Presensi                      : Alaik Ridhallah



Buku Fasholatan ini dikarang oleh ulama al- alim al-allamah yang terkenal di negeri ini, bahkan sampai ke luar negeri. Juga salah satu  pendiri organisasi keagamaan terbesar Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus tokoh pejuang kemerdekaan dari Kudus. Beliau adalah Kiai Haji Raden (KHR) Asnawi. Dengan jam terbang yang tinggi, melintang mencari ilmu dari pondok pesantren satu ke lainnya di dalam negeri, bahkan sampai menmba ilmu ke Makkah sekaligus mengajar di sana hingga beberapa tahun pun dilakukannya.

Menggunakan bahasa Jawa dengan tulisan arab pegon, menjadikannya mudah dipahami. Kitab ini merupakan salah satu dari banyak kitab yang dikarangnya. Awal dalam dalam kitabnya yang terdapat petuah yang berbentuk syiiran berjumlah 10 bait dan berada di halaman 2 di beri judul Khuthbah Kitab. Adapun Bunyinya :

  • “Khutbah Kitab”
  • Alhamdulillah sekehe Puji #  Ingkang kagungan kang moho suci
  • Shalat wah salam ing kanjeng Nabi  #  Kabeh kawulo wargo shohabi
  • Waba'du para ingkang nglakoni  # Shalat lan lafadz biso maknani
  • Ikilah kitab anerangaken  #  Lafadz lan makna den angen-angen
  • Maring liyane iya anutur  #  Dungo wiridan ingkang wus masyhur
  • Namane kitab Fashalatane  #  Poro ulama guru-gurune
  • Ikilah kitab aja do mamang  #  Iku wus bener aja sumelang
  • Kang ora duwe tukuho wani  #  Senajan larang regane wani
  • Duwit kang gawe tuku dak ilang #  Kaweruh hasil bodone kurang
  • Bondo kang gawe lakon ma'siyat #  Den siksa besok ana akhirat (Ketikan M. Rikza di WA) 
KHR. Asnawi atau yang akrab disapa Mbah Asnawi ini, merupakan pendiri Madrasah Qudsiyyah Kudus kebetulan pada tahun 1437 H. mencapai usia 100 tahun atau 1 abad. Dalam syiir tadi, mbah Asnawi mengajak pembaca untuk bersyukur dan memuji kepada Allah s.w.t, shalawat dan kepada baginda Nabi Muhahammad, keluarga dan sahabat-Nya.

Bisa download di sini : Fasholatan KHR Asnawi PDF

Masih dalam kuthbah kitabnya-nya, Mbah Asnawi mengingatkan orang yang mengerjakan shalat untuk jangan hanya melafalkan saja tapi harus mengangan-angan (bacaan dalam shalat) dengan  maknanya. Dengan adanya kitab ini semoga bisa untuk dipelajari karena mudah dipahami. Dia juga menganjurkan supaya doa-doa wiridan biasanya dibaca setelah shalat yang sudah tidak asing di telinga itu diangan-angan maknanya.

Dalam pungkasan khuthbah kitab-nya, Ia menekankan bagi yang tidak punya kitab ini dipersilakan untuk membeli walaupun harganya mahal, kalaupun mahal tidak akan rugi karena ilmu yang manfaat didapatkan akan lebih daripada uang yang dikeluarkan. Sekaligus daripada mengeluarkan uang yang digunakan untuk maksiat, nanti mendapat siksa di akhirat.

“Sholat adalah tiangnya agama (Islam) dan barang siapa yang mendirikan shalat maka termasuk orang yang mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkan shalat maka ia telah merusak-merobohkkan agama”  ini merupakan sebuah hadits Rosulullah s.a.w,. Pelaksanaan ibadah Shalat merupakan urgen dalam keseharian, karena termasuk bagian salah satu dari rukun Islam yang jumlahnya lima. Dalam pelaksaannya dikemas dan ditata sedemikian rupa, dengan bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan yang khusus.

“Orang yang melakukan shalat-fardhu lima waktu dalam sehari semalam, Rosulullah merumpamakan bagaikan sungai yang mengalir airnya di depan rumah  salah satu dari kalian    dan dapat mandi mandi lima kali dalam sehari-semalam maka akan dihapus semua dosa-dosanya. “Sholat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, selisih 27 derajat pahalanya”

Ungkapan-ungkapan yang dituangkan dalam muqaddimah tadi di-nukil dari hadits Rosululloh s.a.w,. Disampaikan mbah Asnawi bahwasannya beruntunglah orang-orang yang mengerjakan ibadah-shalat apalagi dilakukan secara berjamaah (bersama-sama) di masjid maupun musholla akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Bagi yang tidak mengerjakan, maka termasuk golongan orang yang sangat rugi. Dalam akhir muqaddimah kitab ini, mbah Asnawi menekankan kepada kaum muslimin dan muslimat supaya mewanci-wanci putra-putrinya untuk diajari dan dilatih ibadah sejak dini jangan sampai dibiarkan, supaya tidak termasuk golongan yang rugi, apalagi pelaksanannya dilakukan di masjid atau langgar karena sesuai firman Alloh dalam al-Qur’an : Sesungguhnya orang yang meramaikan masjid Allah termasuk orang yang iman kepada Allah dan hari akhir....

Sesuai madzhab yang dianut mbah Asnawi, kitab ini kebanyakan besar dinukil dari kitab-kitab fiqh dan lain-lain yang dikarang oleh ulama-ulama yang bermadzhab Syafi’i.

Sesuai namanya “Fasholatan” kitab ini isinya menerangkan tata cara melaksanakan shalat. Tidak hanya masalah shalat saja, namun juga beberapa ibadah yang berkenaan dengan shalat seperti adzan sebelum shalat ini bisa dilihat di halaman 2. Setelah itu wudhu dan hal-hal yang membatalkannya, tayammum, shalat-shalat sunnah, baca-bacaan doa wirid dan masih banyak lagi tentang faidah-faidah yang diterangkan di dalamnya.

Pada halaman 14 sampai dengan 33 menerangkan bab shalat. Mulai dari awal tentang syarat, rukun shalat, cara-caranya takbiratul ikhram, iktidal, sujud dan lain-lain.  masih pada halaman yang sama yaitu 33 dituliskan wiridan (doa-doa) yang umumnya orang lakukan setelah menjalankan shalat. 

Kitab yang sudah tergolong tua ini,   dalam penyusunannya menggunakan tulisan arab pegon dengan bahasa Jawa yang mudah dipahami, isinya merupakan ajaran fiqh dasar yang tidak lepas dari pengamalan ibadah keseharian. Cocok bagi orang yang sedang mempelajari ibadah, khususnya untuk anak-anak yang mempelajari ibadah dengan kitab ini sebelum ke kitab selanjutnya yang berbahasa arab (gundul). Dicetak menjadi 100 halaman dengan ukuran kertas minimalis kan muat di kantong saku baju, juga praktis dibawa kemana-mana.

Tertulis dalam sampul dalam  penyusunnya adalah Minan Zuhri Asnawi, ia adalah cucu dari mbah Asnawi. Sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia pesantren atau madrasah diniyyah seorang santri akan mencatat apa yang diungkapkan oleh kiainya. Namun dalam halaman akhir bagian pojok kiri bawah, yang menuliskan kembali dalam bentuk kitab ini adalah saudara Rodhi Arif.
  
Disusun dengan menggunakan tulisan arab pegon dan berbahasa Jawa, kitab ini dirasa kurang sesuai bagi  orang yang belum terbiasa atau belum mempelajari tulisan arab pegon ini. Apalagi orang yang tidak bisa berbahasa jawa, akan terasa menyulitkannya. Namun ini bisa disiasati dengan menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan menggunakan tulisan latin. Seyogyanya ditambah  dengan mencantumkan daftar isi akan mempermudah pembaca dalam melihat isinya. Kitab kecil yang sangat luar biasa isi ilmunya ini akan selalu dibuat pegangan dalam ibadah-shalat kaum muslimin, sekaligus mewarnai khazanah dalam buku agama yang sudah lumayan tua di negeri  ini.

Meskipun sekarang kitab semacam dan sejenis ini sudah banyak beredar di publik, namun kitab mbah Asnawi inilah yang tertua, bisa jadi yang pertama kali mengenalkan ibadah shalat dan lain-lain menggunakan bahasa yang mudah dipahami, karena kitab ini di-nukil dari kitab-kitab ulama yang berbahasa arab khususnya yang bermadzhab Syafi’iyah. Namun perlu diketahui bahwasannya dalam dunia pondok pesantren, sanad dalam mempelajari ilmu agama itu penting karena jika diruntutkan nyambung  sampai kepada Rosululloh s.a.w.,.

Sama halnya di awal kitab ini dibuka dengan syiiran Khuthbah Kitab, dalam halaman akhir ditutup dengan syiiran yang berjumlah 11 nadhom atau bait. Bedanya yaitu menerangkan isi-isi petuah tentang kandungan ayat-ayat al-qur’an, mulai dari jumlah ayatnya, perintah (fardu, sunnah, haram), larangan, ancaman, cerita-cerita dan lain-lain.

Sekian, Terima kasih. selamat membaca.

Semarang, 01 Desember 2016.

Minggu, 20 November 2016

Shalawat Eling-eling Siro Menungso

Eling-eling 
لااله الا الله المالك الحق المبين #
محمدرسول الله صادق الوعد الأمين                              
Laa Ilaaha Illa Allah Al-Malikul Haqqul Mubin #
                    Muhammadur Rosululloh Shodiqul Wa’dil Amin

Eling Eling Siro Menungso  Ngelingono Anggonmu sholat ngaji  #
                    Mumpung durung katekanan  Malaikat Juru Pati

Panggilane kang moho kuoso  gelem ora bakal digowo #
                  Disalini sandang putih  yen uwis budal ra biso mulih

Tumpakane Kereto Jowo  Roda papat rupo Menungso #
                    Jujugane Omah Guo  Tanpo Bantal Tanpo Keloso

Omahe Ra Ono Lawange  Turu Ijen Ra Ono Kancane #
                      Ditutupi Anjang-anjang  Diurug Den siram Kembang

Tonggo-tonggo Podo Nyambang  Tangise Koyo Wong Nembang  #
                     Yen Ngaji Arang-arang  Pertondo Imane Kurang

صلاة الله سلام الله على طه رسو لله #
صلاة الله سلام الله على يس حبيب الله               
Luwih Loro Luwih Susah  Rasane Wong Ono Neroko  #
                 Klabang Kuris Kalajengking  Klabang Geni Ulo Geni

Godo Geni  Rantai Geni  Cawisane Wong Kang Wani  #
                Sing Wani Marang Pengeran Gemampang Dawuh Pengeran

Luwih Mulyo Luwih Mukti   Rasane Wong Ono Suwargo
                 Cinawisan Widodari  Pitung Puluh Punjul Siji

Kasur Babut  Den Rendani  Cawisane Wong Kang Bekti #        
                 Ngabekti Maring Pengeran  Ngambuh Dawuhe Pengeran

Sabtu, 12 November 2016

Syair Cinta Tanah Air (Hubbul Wathon), Ya Lal Wathon



Pencipta syair cinta tanah air (hubbul wathon) ini adalah beliau KH. Wahab Hasbullah. 

Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 – meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014. Kemudian pada tahun 2016 ini akan didaulat sebagai lagu kebangsaan. Adapun syairnya di bawah ini :

Syair Cinta Tanah Air
(Hubbul Wathon)

يا للوطن  يا للوطن  يا للوطن
حب الوطن من الإيمان
ولاتكن من الحرمان
إنهضوا أهل الوطن

أندونيسيا بلادي
أنت عنوان الفخاما
كل من يأتيك يوما
طامحا يلق حماما


Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya ahlal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Ahlal Wathon
(2 X)

Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu

Universalitas Nilai Islam Pada Generasi Millenial Era Digital

       sumber gambar : republika.co.id.          Kajian mengenai sejarah peradaban Islam telah melalui dan mengalami beberapa periode, pada...