Jumat, 23 September 2016

PERSAMAAN dan PERBEDAAN TASAWUF AKHLAQI, IRFANI dan FALSAFI

PERSAMAAN dan PERBEDAAN TASAWUF AKHLAQI, IRFANI dan FALSAFI
Makalah  Dipresentasikan Dalam Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf


Oleh:

Alaik Ridhallah                     : 1402046027
                                        
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2015



BAB I
PEMBAHASAN
A.      Latar Belakang

Secara keilmuan, “tasawuf” adalah disiplin  ilmu yang baru dalam syari’at Islam, demikian menurut Ibnu Khaldun”[1] istilah tasawuf adalah suatu makna yang mengandung arti tentang segala sesuatu untuk berupaya membersihkan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah dengan mahabbah yang sedekat-dekatnya. Tasawuf mempunyai banyak arti dan istilah yang semuanya itu merupakan ajaran tentang kesehajaan, kezuhudan, kesederhanaan, jauh dari kemegahan dan selalu merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Intinya segala perilaku dan perbuatannya semata-mata hanya untuk Allah SWT.
Maka dari pengertian di atas, kami dari kelompok ini akan mencoba memaparkan tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan tasawuf Akhlaki, Irfani dan Falsafi.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Tasawuf Akhlaki, Irfani dan Falsafi ?
2.      Apa Perbedaan Tasawuf Akhlaki, Irfani dan Falsafi ?
3.      Apa Persamaan Tasawuf Akhlaki, Irfani dan Falsafi ?









BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Tasawuf Akhlaki, Irfani dan Falsafi
1.      Tasawuf Irfani
Allah Subhanahu Wata’ala dalam al-Qur’an Surah An-Naml ayat 74 :
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ
Artinya: "Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan."
Ayat di atas menunjukkan pada kita bahwa formalitas belum tentu sesuai dengan kegaiban dalam fikiran (jalan fikiran) dan kegaiban dalam hati (niat dan hajat dalam hati).
Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau makrifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pambelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Irfan secara etimologi bermakna pengetahuan, sebab irfan dan tasawuf islam menunjukkan suatu bentuk pengetahuan, dimana perjalanan suluk (riyadha) seorang hamba kepada Allah Swt.[2]
            Irfan secara global, terdapat empat periode yang dapat dijadikan patokan utama:
a.         Pertama,  dari sejak kemunculan ifran hingga masa Hallaj dan Rabi’ah.
b.         Kedua,  dari sejak masa Rabi’ah hingga masa Abu Sa’id Abu khair.
c.         Ketiga,  dari masa Abu Khair hingga Ibn Arabi.
d.        Keempat,  dari masa Ibn Arabi hingga masa kini.

Berikut ini penjelasa masing-masing bagian dari metode Irfani:
a.       Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan perihal  yang  mengotori  jiwa. Didalam riyadhah ini juga diperlukan mujahadah, yaitu kesungguhan dalam berusaha dalam meninggalkan sifat-sifat buruk.
b.      Tafakur (Reflaksi)
Secara harfiah Tafakur berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis, dan terperinci. Menurut Imam al-Ghazali, jika ilmu sudah sampai hati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan juga berubah.
c.       Tazkiyat An-Nafs
Secara harfiyah Tazkiyat An-Nafs terdiri atas dua kata yaitu Tazkiyat dan An-Nafs. Kata tazkiyat bersal dari bahasa arab, yaitu isim masdar dari kata zakka yang berarti penyucian. Kata An-Nafs berarti jiwa.dengan begitu dapat diketahui Tazkitat An-Nafs bermakna penyucian jiwa.
d.      Dzikrullah
Istilah Zikr berasal dari bahsa Arab, yang berarti mengisyaratkan, mengagungkan, menyebut atau mengingat-ingat . Berzikir kepada Allah berati zikrullah, atau menggingatkan diri kepada Allah sebagai Tuhan yang disembah dengan sebaik-baiknya, Tuhan Maha Agung dan Maha Suci. Dzikrullah adalah tuntutan masalah ruhiyah atau yang berhubungan dengan masalah pengamalan ruhiyah (batin).
Dari pengertian dan penuturan di atas bisa kita simpulkan:
 Sesungguhnya makrifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan Tuhan, sebagaimana yang dipercayai orang-orang mukmin, bukan pula ilmu-ilmu burhan dan nazar milik para hakim, mutakalimin dan ahli balaghah, tetapi makrifat terhadap keesaan Tuhan yang khusus dimilki para ahli Allah. Sebab, mereka adalah orang yang menyaksikan Allah dengan hatinya, sehingga terbukalah baginya apa yang tidak dibukakan untuk hamba-hamban-Nya yang lain.
Makrifat yang sebanarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimu dengan cahaya makrifat yang murni seperti matahari tak dapat di lihat kecuali dengan cahayanya. Senantiasa seorang hamba mendekat kepada Allah sehingga terasa hilang dirinya, lebur dalam kekuasaan-Nya, mereka merasa berbicara dengan ilmu yang telah diletakkan Allah pada lidah mereka, mereka melihat demgan penglihatan Allah, mereka berbuat dengan perbuatan Allah.
2.      Tasawuf Akhlaki
Kata tasawuf dalam bahasa Arab adalah membersihkan atau saling membersihkan  kata membersihkan merupakan kata kerja yang membutuhkan objek. Objek tasawuf yaitu akhlak manusia.Kata ahlaq juga berasal dari bahsa Arab yang secara bahasa bermakna pembuatan atau penciptaan. Dalam konteks Agama, akhlak bermakna perangiai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Jadi Tasawuf Ahlak bermakna membersihkan tingkah laku atau Sali8ng membersihkan tingkah laku.
Allah Berfirman : Surah as-Syams : 7-8.
        وَتَقْوَٮٰهَا  فُجُورَهَا  فَأَلْهَمَهَا    سَوَّٮٰهَا وَمَا وَنَفْسٍ
Artinya:“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
    Dalam tasawuf ahlaki, terdapat sistem pembinaan ahlak disusun sebagaqi berikut.
a.       Takhalli
Takhalli merupakan langkat pertama yang harus dijalani sesesorang, yaitu usaha mengosongkan diri dari perilaku atu ahlak tercela. Hal ini dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala dan berusah melenyapkan dorongan hawa nafsu.
Takhalli dapat dinyatakan menjauhkan diri dari kemaksiatan, kemewahan dunia, serta melepaskan diri dari hawa nafsu yang jahat, semua itu adalah penyakit hati yang merusak. Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua, yakni maksiat fisik dan maksiat batin. Maksiat fisik adalah segala bentuk maksiat yang dilakukan atau dikerjakan oleh anggota badan yang secara fisik. Sedangkan maksiat batin adalah berbagai bentuk dan macam maksiat yang dilakukan oleh hati, yang merupakan organ batin manusia.
Pada hakekatnya, maksiat batin ini lebih berbahaya dari pada maksiat fisik. Jenis maksiat ini cenderung tidak tersadari oleh manusia karena jenis maksiat ini adalah jenis maksiat yang tidak terlihat, tidak seperti maksiat fisik yang cenderung sering tersadari dan terlihat. Bahkan maksiat batin dapat menjadi motor bagi seorang manusia untuk melakukan maksiat fisik. Sehingga bila maksiat batin ini belum dibersihkan atau belum dihilangkan, maka maksiat lahir juga tidak dapat dihilangkan.

b.      Tahalli
Tahalli adalah upaya m,engisi atau menghiyasi diri dengan jalan membiasan diri dengan sikap, perilaku, dan akhak terpuji.
Pada dasarnya, hari atau jiwa manusia dapatlah dilatih, diubah, dikuasai, dan dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.  Dengan kata lain sikap, atau tindakan yang dicerminkan dalam bentuk perbuatan baik yang bersifat fisik ataupun batin dapat dilatih, dirubah menjadi sebuah kebiasaan dan dibentuk menjadi sebuah kepribadian.
c.    Tajalli
Untuk penepatan dan prendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli, rangkaian pendidikan akhlak disempurnakan pada fase tajalli. Tahap ini termasuk penyempurnsan kesucian jiwa hanya dapat ditempuh dengan satu jalan,  yaitu cintu kepada Allah dan memeperdalam rasa kecintaan itu.
Tahap Tajalli tentu saja tidak hanya dapat ditempuh dengan melakukan latihan-latihan kejiwaan yang tersebut di atas, namun latihan-latihan tersebut harus lah dapat ia rubah menjadi sebuah kebiasaan dan membentuknya menjadi sebuah kepribadian. Hal ini berarti, untuk menempuh jalan kepada Allah dan membuka tabir yang menghijab manusia dengan Allah, seseorang harus terus melakukan hal-hal yang dapat terus mengingatkannya kepada Allah, seperti banyak berdzikir dan semacamnya juga harus mampu menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membuatnya lupa dengan Allah seperti halnya maksiat dan semacamnya.
Ciri-ciri tasawuf akhlaki antarai yaitu:
a.       Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b.      Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at.
c.       Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antar Tuhan dan manusia.
d.      Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwa dengnan cara latihan mental.
Tidak menggunakan terminologi-terminologi  filsafat. Terminologi-terminologi yang dikembangkan lebih transparan.
3.      Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (Makrifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ke tempat yang lebih tinggi bukan hanya merngenal tuhan saja melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu kesatuan wujud. Bisa jiga dikatan tasawuf filsafi yaitu tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Kaum sufi falsafi, mereka meyakini bahwasannya alam semesta hanyalah bayangan fatamorgana dan biasan dari zat Allah. Semua yang ada adalah wujud Allah & jelmaan Allah. Jika demikian faktanya, seyogyanya kita merenungi sebuah riwayat, ketika Rasulullah saw. memarahi Umar Ibn al-Khattab ra karena kedapatan membawa sobekan taurat, Rasulullah  bersabda:
مَا هَذَا أَلَمْ آتِ بِهاَ بَيْضَاءَ نَقِيَّةً؟ لَوْ أَدْرَكَنِي أَخِي مُوسَى حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَّ اتِّبَاعِي
“Apa yang kamu bawa ini, bukankah aku telah membawa (al-Qur’an) yang jelas dan jernih? Kalau seandainya saudaraku Musa as. hidup pada zamanku, tentu beliau tidak akan susah-susah lagi, kecuali mengikutiku.” (HR. Al-Amidi)
Dalam hadits ini dapat dipahami, umat Muhammad saw wajib mengikuti tuntunan Rasulullah saw dan al-Quran. Artinya umat Islam dilarang mengambil sumber pemikiran dari peradaban lain jika perkara tersebut sudah terdapat dalam sumber hukum Islam. Karena itu, dari aspek sumber pemikiran, tasawuf falsafi seringkali dianggap melakukan kesalahan, karena mengambil sumber teori tasawuf dari filsafat non-islam, meskipun para tokohnya  pada akhirnya selalu mencoba menjustifikasi teori falsafinya dengan dalil qur`an atau hadits.
Ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya samar-samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh iapa saja yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajarannya dan metodenya didasarkan pada rasa tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pergantiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.
Menurut Ibnu Kaldun ada empat objek utama yang menjadikan perhatian para sufi filosof, antara lain sebagai berikut:
a.    Pertama, latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta introspeksi diri yang timbul darinya.
b.   Kedua, iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat-sifat malikat, wahyu ,roh.
c.    Ketiga, peristiwa dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk keramatan atau keluarbiasaan.
d.   Keempat, menciptakan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya dan menyetujuinya.           
B.     Perbedaan Tasawuf Akhlaqi, Irfani dan Falsafi
Adapun secara spesifik dapat di simpulkan bahwa perbedaan antara ketiga tasawuf tersebut adalah:
1.      Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf Akhlaqi merupakan ajaran akhlaq dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Dengan kata lain tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada teori-teori prilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq.
2.      Tasawuf Irfani
Tasawuf Irfani merupakan tasawuf yang berusaha menyingkap hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah kedalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi ”tanpa berfikir”).
3.      Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi merupakan sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketingkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu, yaitu wahdatul wujud (kesatuan wujud).[3]
  1.  Persamaan Tasawuf Akhlaqi,Irfani dan Falsafi
1)     Merupakan cabang dari ilmu tasawuf.
2)     Tasawuf diciptakan sebagai media untuk mencapai maqashid al-Syar’I (tujuan-tujuan syara’),karena bertasawuf  pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah.
3)     Sama-sama bertujuan beribadah (pendekatan diri) kepada Allah secara murni.
4)     Ketiga bagian tersebut secara esensial semua bermuara pada penghayatan terhadap ibadah murni (mahdhah) untuk mewujudkan akhlak-alkarimah baik secara maupun sosial.





BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dengan ilmu akhlak.Akhlak erat hubungannya dengan perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.Jadi tasawuf akhlaki dapat terealisasi secara utuh,jika pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah SWT dibuktikan dalam kehidupan sosial.
 Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam hubungan antar manusia,tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang kita lakukan tidak pernah kita lakukan.Ini tingkatan ikhlas yang paling tinggi.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya.Tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya.Terminologi falsafi berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya.
  1. Saran
Demikianlah penyajian yang kami susun tentang  pembahasan Perbedaan dan persamaan tasawuf akhlaki, irfani dan falsafi. Kami menyadari bahwa yang kami buat jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar selanjutnya menjadi lebih baik, semoga tulisan ini  dapat memberikan manfaat kepada kita. Amin.





Daftar Pustaka

Ali Sayyid Nur Said, At-Tashawwuf Asy-Syar’i, terj. M. Yaniyullah Jud. Tasawuf Syar’i, Jakarta: Hikmah-Mizan, 2003.
Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010
Akhlak tasawuf, pengenalan, pemahaman, dan pengaplikasiannya, Ahmad Baangun Nasution, Rayani Hanum siregar, PT. Raja Grafindo Persada: 2003.


[1]Ali Sayyid Nur Said, At-Tashawwuf Asy-Syar’i, terj. M. Yaniyullah Jud. Tasawuf Syar’i, Jakarta: Hikmah-Mizan, 2003. Hlm. 103.
[2]Akhlak tasawuf, pengenalan, pemahaman, dan pengaplikasiannya, Ahmad Baangun Nasution, Rayani Hanum siregar, PT. Raja Grafindo Persada: 2003.
[3] Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2010. Hlm. 12.

62 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. assalamualikum kak, boleh ijin copas?

    BalasHapus
  3. assalamualaikum kang,izin copy ya🙏

    BalasHapus

Silakan Komentar di bawah ini :

Universalitas Nilai Islam Pada Generasi Millenial Era Digital

       sumber gambar : republika.co.id.          Kajian mengenai sejarah peradaban Islam telah melalui dan mengalami beberapa periode, pada...