Khazanah Nusantara :
Kitab Tuntunan Ibadah Praktis Karya Mbah Asnawi
Kitab Tuntunan Ibadah Praktis Karya Mbah Asnawi
Nama Buku : Fasholatan
Pengarang : KHR. Asnawi Al-Qudsy
Penyusun : Minan Zuhry Asnawi
Penulis : Rodhi Arif
Penerbit : Perc. Menara Kudus
Tahun Terbit : 1375 H.
Halaman : 100 hlm.
Ukuran : 17 cm x 11.5 cm
Presensi : Alaik Ridhallah
Buku Fasholatan
ini dikarang oleh ulama al- alim al-allamah yang terkenal
di negeri ini, bahkan sampai ke luar negeri. Juga salah satu pendiri organisasi keagamaan terbesar
Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus tokoh pejuang kemerdekaan dari Kudus. Beliau
adalah Kiai Haji Raden (KHR) Asnawi. Dengan jam terbang yang tinggi, melintang
mencari ilmu dari pondok pesantren satu ke lainnya di dalam negeri, bahkan
sampai menmba ilmu ke Makkah sekaligus mengajar di sana hingga beberapa tahun
pun dilakukannya.
Menggunakan
bahasa Jawa dengan tulisan arab pegon, menjadikannya mudah dipahami. Kitab ini
merupakan salah satu dari banyak kitab yang dikarangnya. Awal dalam dalam kitabnya
yang terdapat petuah yang berbentuk syiiran berjumlah 10 bait dan berada di
halaman 2 di beri judul Khuthbah Kitab. Adapun Bunyinya :
- “Khutbah Kitab”
- Alhamdulillah sekehe Puji # Ingkang kagungan kang moho suci
- Shalat wah salam ing kanjeng Nabi # Kabeh kawulo wargo shohabi
- Waba'du para ingkang nglakoni # Shalat lan lafadz biso maknani
- Ikilah kitab anerangaken # Lafadz lan makna den angen-angen
- Maring liyane iya anutur # Dungo wiridan ingkang wus masyhur
- Namane kitab Fashalatane # Poro ulama guru-gurune
- Ikilah kitab aja do mamang # Iku wus bener aja sumelang
- Kang ora duwe tukuho wani # Senajan larang regane wani
- Duwit kang gawe tuku dak ilang # Kaweruh hasil bodone kurang
- Bondo kang gawe lakon ma'siyat # Den siksa besok ana akhirat (Ketikan M. Rikza di WA)
KHR. Asnawi
atau yang akrab disapa Mbah Asnawi ini, merupakan pendiri Madrasah Qudsiyyah
Kudus kebetulan pada tahun 1437 H. mencapai usia 100 tahun atau 1 abad. Dalam syiir
tadi, mbah Asnawi mengajak pembaca untuk bersyukur dan memuji kepada Allah
s.w.t, shalawat dan kepada baginda Nabi Muhahammad, keluarga dan sahabat-Nya.
Bisa download di sini : Fasholatan KHR Asnawi PDF
Masih dalam kuthbah
kitabnya-nya, Mbah Asnawi mengingatkan orang yang mengerjakan shalat untuk
jangan hanya melafalkan saja tapi harus mengangan-angan (bacaan dalam shalat)
dengan maknanya. Dengan adanya kitab ini
semoga bisa untuk dipelajari karena mudah dipahami. Dia juga menganjurkan
supaya doa-doa wiridan biasanya dibaca setelah shalat yang sudah tidak
asing di telinga itu diangan-angan maknanya.
Dalam
pungkasan khuthbah kitab-nya, Ia menekankan bagi yang tidak punya kitab
ini dipersilakan untuk membeli walaupun harganya mahal, kalaupun mahal tidak
akan rugi karena ilmu yang manfaat didapatkan akan lebih daripada uang yang
dikeluarkan. Sekaligus daripada mengeluarkan uang yang digunakan untuk maksiat,
nanti mendapat siksa di akhirat.
“Sholat
adalah tiangnya agama (Islam) dan barang siapa yang mendirikan shalat maka
termasuk orang yang mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkan shalat maka
ia telah merusak-merobohkkan agama” ini
merupakan sebuah hadits Rosulullah s.a.w,. Pelaksanaan ibadah Shalat merupakan
urgen dalam keseharian, karena termasuk bagian salah satu dari rukun Islam yang
jumlahnya lima. Dalam pelaksaannya dikemas dan ditata sedemikian rupa, dengan
bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan yang khusus.
“Orang yang
melakukan shalat-fardhu lima waktu dalam sehari semalam, Rosulullah
merumpamakan bagaikan sungai yang mengalir airnya di depan rumah salah satu dari kalian dan dapat mandi mandi lima kali dalam sehari-semalam
maka akan dihapus semua dosa-dosanya. “Sholat berjamaah lebih utama daripada
shalat sendirian, selisih 27 derajat pahalanya”
Ungkapan-ungkapan
yang dituangkan dalam muqaddimah tadi di-nukil dari hadits
Rosululloh s.a.w,. Disampaikan mbah Asnawi bahwasannya beruntunglah orang-orang
yang mengerjakan ibadah-shalat apalagi dilakukan secara berjamaah
(bersama-sama) di masjid maupun musholla akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda.
Bagi yang
tidak mengerjakan, maka termasuk golongan orang yang sangat rugi. Dalam akhir muqaddimah
kitab ini, mbah Asnawi menekankan kepada kaum muslimin dan muslimat supaya mewanci-wanci
putra-putrinya untuk diajari dan dilatih ibadah sejak dini jangan sampai
dibiarkan, supaya tidak termasuk golongan yang rugi, apalagi pelaksanannya
dilakukan di masjid atau langgar karena sesuai firman Alloh dalam
al-Qur’an : Sesungguhnya orang yang meramaikan masjid Allah termasuk orang
yang iman kepada Allah dan hari akhir....
Sesuai madzhab yang dianut mbah Asnawi, kitab ini kebanyakan besar dinukil dari kitab-kitab fiqh dan lain-lain yang dikarang oleh ulama-ulama yang bermadzhab Syafi’i.
Sesuai
namanya “Fasholatan” kitab ini isinya menerangkan tata cara melaksanakan
shalat. Tidak hanya masalah shalat saja, namun juga beberapa ibadah yang
berkenaan dengan shalat seperti adzan sebelum shalat ini bisa dilihat di
halaman 2. Setelah itu wudhu dan hal-hal yang membatalkannya, tayammum,
shalat-shalat sunnah, baca-bacaan doa wirid dan masih banyak lagi tentang
faidah-faidah yang diterangkan di dalamnya.
Pada halaman 14 sampai dengan 33 menerangkan bab shalat. Mulai dari awal tentang syarat, rukun shalat, cara-caranya takbiratul ikhram, iktidal, sujud dan lain-lain. masih pada halaman yang sama yaitu 33 dituliskan wiridan (doa-doa) yang umumnya orang lakukan setelah menjalankan shalat.
Kitab yang sudah tergolong tua ini, dalam
penyusunannya menggunakan tulisan arab pegon dengan bahasa Jawa yang mudah
dipahami, isinya merupakan ajaran fiqh dasar yang tidak lepas dari pengamalan
ibadah keseharian. Cocok bagi orang yang sedang mempelajari ibadah, khususnya
untuk anak-anak yang mempelajari ibadah dengan kitab ini sebelum ke kitab selanjutnya
yang berbahasa arab (gundul). Dicetak menjadi 100 halaman dengan ukuran kertas
minimalis kan muat di kantong saku baju, juga praktis dibawa kemana-mana.
Tertulis dalam
sampul dalam penyusunnya adalah Minan Zuhri Asnawi, ia adalah cucu dari mbah
Asnawi. Sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia pesantren atau madrasah
diniyyah seorang santri akan mencatat apa yang diungkapkan oleh kiainya. Namun
dalam halaman akhir bagian pojok kiri bawah, yang menuliskan kembali dalam
bentuk kitab ini adalah saudara Rodhi Arif.
Disusun
dengan menggunakan tulisan arab pegon dan berbahasa Jawa, kitab ini dirasa
kurang sesuai bagi orang yang belum
terbiasa atau belum mempelajari tulisan arab pegon ini. Apalagi orang yang
tidak bisa berbahasa jawa, akan terasa menyulitkannya. Namun ini bisa disiasati
dengan menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan menggunakan tulisan
latin. Seyogyanya ditambah dengan
mencantumkan daftar isi akan mempermudah pembaca dalam melihat isinya. Kitab
kecil yang sangat luar biasa isi ilmunya ini akan selalu dibuat pegangan dalam
ibadah-shalat kaum muslimin, sekaligus mewarnai khazanah dalam buku agama yang
sudah lumayan tua di negeri ini.
Meskipun
sekarang kitab semacam dan sejenis ini sudah banyak beredar di publik, namun
kitab mbah Asnawi inilah yang tertua, bisa jadi yang pertama kali mengenalkan
ibadah shalat dan lain-lain menggunakan bahasa yang mudah dipahami, karena
kitab ini di-nukil dari kitab-kitab ulama yang berbahasa arab khususnya yang
bermadzhab Syafi’iyah. Namun perlu diketahui bahwasannya dalam dunia pondok
pesantren, sanad dalam mempelajari ilmu agama itu penting karena jika
diruntutkan nyambung sampai kepada Rosululloh s.a.w.,.
Sama halnya
di awal kitab ini dibuka dengan syiiran Khuthbah Kitab, dalam halaman akhir
ditutup dengan syiiran yang berjumlah 11 nadhom atau bait. Bedanya yaitu
menerangkan isi-isi petuah tentang kandungan ayat-ayat al-qur’an, mulai dari
jumlah ayatnya, perintah (fardu, sunnah, haram), larangan, ancaman,
cerita-cerita dan lain-lain.
Sekian, Terima kasih. selamat membaca.
Semarang, 01 Desember 2016.