FORMULASI GROMA DALAM ALAT UKUR
Makalah
Disusun
dan Dipresentasikan Dalam
Mata
Kuliah : Hisab Rukyah Klasik
Dosen
Pengampu: Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag.
Oleh:
Alaik
Ridhallah
NIM:
1802048006
PROGRAM
STUDI MAGISTER ILMU FALAK
FAKULTAS
SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
GROMA
ridhallahalaix@yahoo.co.id
Abstrak
Sejarah
perkembangan survei dalam pengukuran tidak terlepas dari ilmu-ilmu astronomi,
astrologi dan matematika. Awalnya, matematika dikembangkan untuk keperluan
praktis dalam kehidupan masyarakat masa itu. Orang-orang Mesir, Yunani dan
Romawi menggunakan prinsip-prinsip pengukuran (surveying) dan matematika
untuk pematokan batas-batas kepemilikan tanah, penempatan (stake out)
bangunan-bangunan publik, pengukuran dan penghitungan luas tanah. Hubungan yang
erat antara matematika dan ukur tanah nampak dari istilah-istilah matematika;
geometri; yang menurut bahasa latin berarti pengukuran bumi. Istilah lain yang
terkait adalah geometronics yang digunakan pada pengukuran dan pemetaan.
Alat-alat
yang digunakan pada zaman dahulu pun sederhana, akan tetapi tidak melepaskan
dari ilmu hitung matematika pada waktu itu, meskipun perhitungannya secara
sederhana. Groma adalah salah satu alat yang digunakan pada waktu itu, salah satu
fungsinya adalah untuk menentukan jarak lurus antar titik dan sudut kanan-kiri
sebesar 90 derajat, sistem kinerjanya alat ini hanya horizontol dan dapat
memutar lintasan lingkaran, hal ini memudahkan para pekerja kontruksi pada
waktu itu untuk membidik atau menentukan titik di mana bila ia ingin menarik
garis lurus ke depan ke belakang dan kanan-kiri.
Kata Kuci : groma, alat bantu pemetaan, arah.
Pendahuluan
Pekerjaan surveying berasal
dari zaman Mesir kuno sejak 3000 tahun yang lalu. Pekerjaan ini menentukan
posisi suatu objek di atas, pada maupun dibawah permukaan bumi. Surveying
merupakan bagian yang penting dari pemetaan batas wilayah, pengukuran
kemiringan, jarak, fitur, pembangunan lahan dan juga dimensi akurat dari tanah. Di Yunani dan
Roma, surveyor merupakan orang-orang yang bertanggung jawab dengan sudut dan
garis yang membentuk bangunan dan stadion besar yang masih ada hingga sekarang.
Mereka menggunakan sebuah alat surveying sederhana yang disebut dengan Groma.
Groma terdiri dari beberapa
peralatan yang dipasang secara vertikal dengan suatu bentuk silang dipasang
dengan posisi horizontal. Setiap ujung persilangan tersebut dipasangi
unting-unting.[1] Dahulu
bandulannya terbuat dari batu yang ditalikan dibawahnya, sekarang lebih bagus
dengan bandulan yang berbentuk segitiga lancip.
Sejarah
Groma,
instrumen ini, yang digunakan untuk keberpihakan orthogonal, tentu sangat tua. Kemungkinan
ditemukan di Mesopotamia, kemudian dibawa oleh para surveyor ke Barat
Yunani sekitar abad ke-4 SM; tetapi Etruria yang memperkenalkannya ke dunia
Romawi. Kita tahu itu sangat tua karena groma berasal dari zaman Ptolemeus (3 -
1 SM) berada di oasis fayum di Mesir; penggunaannya dipegang dengan tangan
secara langsung. (gbr. 1).[2]
Gbr. 1
Bangsa
Romawi menggunakan Groma untuk merancang kota-kota baru, distrik-distrik dan
jalan-jalan atau untuk mengukur dan membagi tanah; singkatnya memiliki bagian
pendukung (ferramentum) dengan ujung runcing sehingga dapat menempel di tanah
dan tiang bulat untuk memasukkan rostra (umblicius soli), yaitu, batangan
dengan panjang sekitar satu kaki Romawi, dalam panjang (0, 2963 m), juga dengan
dua ujung bundar, satu untuk bagian vertikal dan yang lainnya untuk engsel
putaran groma itu sendiri. Yang terakhir adalah salib dengan empat lengan rindu
masing-masing sekitar 1,5 m.[3]
Panjang kaki Romawi; seutas tali yang tergantung di kedua
ujungnya. Bobot masing-masing pasangan lengan adalah sama sehingga dua sumbu
mudah dikenali. Kita tahu kira-kira seperti apa itu berkat karya Matteo della
Corte (gbr. 2a), arkeolog yang selama penggalian di Pompeii pada tahun 1912
menemukan logam tersebut. bagian dari groma di bengkel pandai besi (gbr. 2b-c).[4]
Gbr. 2a Gbr.
2b-c.
Bagian-bagian
perunggu pada gambar 2b dan 2c yang bertempat di Museum Arkeologi di Naples
jelas merupakan bagian dari instrumen yang ditemukan di Pompeii; sebenarnya
rostra memiliki engsel yang dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam takikan groma
sehingga bagian atas dapat berputar. Konfirmasi lebih lanjut, teori kami ini berasal
dari gambar bobot Matteo della Corte - identik dengan yang terkait dengan
rostra di Museum Arkeologi di Naples (gbr. 2b). Dua groma diwakili pada dua
plak penguburan yang mungkin milik dua agrimensores, yaitu, dua teknisi yang
merupakan bagian dari perusahaan yang ditugaskan untuk mengukur tanah (gbr. 3).
Jika Anda melihat lebih dekat, Anda akan melihat bahwa mereka berbeda: plak
Ivrea persis seperti groma yang ditemukan di Pompeii dengan lengan ramping dan
lubang di tengah, sedangkan plakat Nocera menunjukkan groma sebagai alat berat
dengan takik daripada sebuah lubang di tengah.[5] Namun
lubang di tengah kedua groma terletak di engsel silinder rostra sehingga lengan
bisa berputar dengan mudah; ini juga membuat groma mudah dibongkar dan
dipindahkan. Sisa-sisa dan gambar-gambar arkeologis yang selamat bersaksi
tentang desain fungsional dan dasar yang membuat groma mudah digunakan dan
diangkut; Namun itu juga padat dan tahan lama karena bagian atas groma terbuat
dari bahan yang sangat tahan dan bentuk geometris yang sesuai.[6]
Gbr. 3
Kisah
lama yang terekam oleh sejarah pada saat ini, menunjukan
perkembangan ilmu dibidang survey pertama kali di daerah Mesir.
Herodotus menjelaskan bahwa di era Sesostris (sekitar 1400 SM) dibagi tanah
mesir ke dalam sebuah gambar untuk tujuan perpajakan. sungai nil menyapu
sebagian dari plot ini, dan surveyor ditunjuk untuk menggantikan batas. Pada
awalnya surveyor disebut tali tandu, karena pengukuran mereka dibuat dengan
tali yang memiliki penanda di setiap satuan jarak.
Sebagai konsekuensi dari pekerjaan
ini, pemikir Yunani mulai mengembangkan ilmu geometri. Mereka sangat
mengutamakan kemajuan dari ilmu tersebut. Seorang penemu kebangsaan Yunani
bernama Heron berusaha menerapkan ilmu pengetahuan untuk melakukan survei di
sekitar 120 SM. Ia adalah penulis dari beberapa buku tentang surveyor. termasuk
dioptra, yang menceritakan Métode survei di lapangan, menggambar
perencanaan, dan membuat perhitungan. Ini juga termasuk menjelaskan salah satu
bagian yang pertama dari peralatan survey yang terekam, yaitu Diopter. Bertahun-tahun
Heron berkuasa di kalangan surveyor Yunani dan Mesir.
Perkembangan yang signifikan dalam
seni survei berasal dari pemikir-pemikir praktis Romawi, yang paling terkenal
tulisan di survei adalah tulisan Frontinus. Meskipun naskah asli menghilang,
sebagian karyanya telah tersimpan.
Frontinus adalah seorang insinyur
romawi di bidang survey dan tercatat hidup pada abad pertama,
adalah seorang pelopor di lapangan, dan tulisannya menjadi acuan selama
bertahun-tahun. Kemampuan keteknikan bangsa Romawi telah didemonstrasikan oleh
pekerjaan proses konstruksi yang luas untuk membangun kekaisaran. Survey yang
diperlukan untuk konstruksi ini mengakibatkan terbentuknya organisasi serikat
surveyor. Peralatan canggih terus dikembangkan dan dipergunakan. Diantaranya
yaitu Groma, dipergunakan untuk pengamatan; LIbella;
dengan pemberat (unting-unting) untuk pengukuran kedataran; Chorobates, terbuat
dari kayu, berbentuk horisontal / lurus, memiliki ketinggian
sekitar 20 kaki (6 meter) dengan dukungan 4 buah lengan dan bagian atas
digenangi air untuk menunjukan ketinggian.[7]
Komponen dan Kegunaan
Groma
Groma
adalah alat utama yang digunakan oleh para surveyor Romawi untuk melacak
garis-garis sederhana dan orthogonal, yang diperlukan untuk pembangunan jalan,
kota, kuil dan subdivisi lahan pertanian.[8]
Menurut ahli
bahasa istilah groma berasal dari bahasa Yunani koresponden gnoma, tetapi ada
yang membuatnya berasal dari agrumus (bidang tanpa tumpukan), itu adalah
rencana di mana mereka menggunakan groma.[9]
Alat topografi ini disusun oleh tiga
bagian mendasar :[10]
- Stelletta
dibentuk oleh dua lengan yang sama, menyilang dan membentuk sudut kanan,
dibuat dari logam berongga dengan penguatan jiwa di kayu; dari empat
ekstremitas, yang disebut curnicula, empat benang (garis tegak lurus)
jatuh tiba-tiba dengan bobot ditambah kerucut atau bentuk pir.
- Rostrum,
adalah tiang yang kuat dengan ekstremitas silinder: satu untuk menerima
poros putar stelletta, yang lain untuk okulasi di kutub vertikal; jarak di
antara kedua silinder itu berukuran satu kaki (0,2963 m).
- Ferramento,
itu adalah tiang di logam berongga yang mampu mendukung bagian sebelumnya,
dilengkapi dengan ekstremitas inferior dengan titik bentuk kerucut logam,
untuk pemasangan.
Gambar 4.
Groma
diposisikan dengan ferramento dalam posisi vertikal, menggunakan garis
tegak lurus, untuk memverifikasi paralelisme. Melalui garis tegak lurus kelima,
mereka memusatkan stelletta dengan titik stasiun.
Intinya
bisa dipalu di tanah atau ad lapidem, batu tertentu yang dibawa oleh surveyor.
Dengan
cara ini groma siap digunakan.
Aplikasi Groma
Supaya
mudah untuk memahami bagaimana cara menggunakan groma secara dasar, maka
baiknya diterangkan dalam bentuk gambar di bawah ini beserta dengan
keterangannya.
Gambar
5. Gambar 6a.
Gambar
.6b.
Keterangan gambar 4, 5, 6 dan 7.[11]
Gambar 4.
Pelacakan
Penyandingan Sederhana Antara Poin A dan B.
Groma
dipasang di stasiun di titik A dan di titik B ditanam di metae (tiang).
Kemudian Stelletta diputar untuk mengarahkannya ke sepasang target metae
di B. Sejumlah metae ditanam ke arah pandangan ini, untuk mendapatkan
keberpihakan pada perataan ini sehingga mendapatkan garis lurus. Ini adalah
prosedur dasar untuk semua operasi dengan groma.
Gambar
5.
Pelacakan
Dari Perubahan Orthogonal Antara Mereka.
Setelah
membentuk AB alignment pertama, groma ditempatkan di stasiun pada titik di
termedio C, melintasi dua arah yang akan dilacak. Kemudian memutar "bintang”, tujuannya
didirikan pada metae di A dan di B melalui pasangan target pertama. Dengan demikian memperbaiki "bintang
kecil", titik D dan E diarahkan melalui langkah kedua, mengikuti prosedur
dasar. Ini adalah kasus yang paling sering dalam penggunaan groma.
Gambar
6.
Penentuan
Jarak Titik Yang Tak Termasuk Titik Stasiun.
Groma diposisikan pertama pada titik stasiun A
dan titik B yang tidak dapat diakses diarahkan dengan pasangan target
pertama. Kemudian penyelarasan ortogonal
didirikan ke garis AB, dengan menggunakan pasangan target lainnya, menentukan
titik C pada jarak tertentu dari A.
Dengan groma di C, alignment (pelurusan) C D tegak lurus didirikan. ke A C.
Panjang AC dibagi menjadi dua bagian yang sama dan groma diperbaiki pada
titik tengah E, memperpanjang keselarasan B E sampai pertemuan dengan CD,
diperoleh titik F. Jarak CF sama dengan jarak yang dicari.
Prosedur
ini (dengan pengertian gambar) diterapkan untuk menghitung lebar sungai,
tingkat rawa-rawa dan rawa-rawa, jarak kapal yang mendekati pelabuhan. Selain itu, dengan groma data untuk
menggambar bentuk medan ditemukan, yaitu sketsa topografi, berorientasi dengan bantuan “gnomon” pengurangan portabel jam
solarl besar). Groma juga digunakan
setelah zaman Romawi, kemudian menjadi tidak digunakan, disusul oleh instrumen
yang lebih halus. Apa yang malah tetap
diperbaiki dari waktu ke waktu adalah prinsip-prinsip konstruksi dan
pengukuran, yang masih ditemukan hari ini berdasarkan fungsi dari model survei, kotak silinder dan bola.
Kegunaan Lain dan dalam progres
- Untuk
membantu dan mempermudah pengukuran
arah kiblat. Dengan cara membidik hasil pengukurannya, baik yang diukur
denga tongkat istiwa’, theodolite, maupun lainnya. Kemudian tinggal tarik
garis lurus ke depan, belakang, samping kanan dan kiri. Sehingga ketika
luas tanah Musola atau Masjid itu
berbentuk persegi panjang atau persegi, maka langsung dapat ditarik ke
semua empat arah.
- Ketika
alat pencari kiblat, seperti mizwala atau istiwaaini dimofidikasi dan ditaruh
atas groma, penggunaannya akan lebih efektif dan langsung bisa dicari
garis lurus sesuai hasil ukurannya secara langsung.
- Untuk
tongkat di hari tanpa bayangan.
- Untuk
tongkat istiwa’ pada hari roshdul qiblat.
- Untuk
tongkat istiwa’ pada praktek penentuan awal waktu duhur dan ashar.
Daftar Pustaka
World Jambore Mondial, Esperienze Progeti 125, Rivista
Bimistrale del, Centro Studi ed esperienze scaut Baden Pawell (Chile :
Autorizz. Tribunalle do Modena , 1999). File pdf dalam bahasa Spanyol.
Marco
Ceccarelli, dkk., “The groma, the surveyor's cross and the chorobates. In-depth
notes on desaign of old instruments and their use”. Jurnal Disegnare : idee
immagini, ideas images, XXII, Anno 42, (2011).
http://www.jasasurveypemetaan.com/fakta-menarik-tentang-surveying/.
Diakses Jumat, 04 Oktober 2019, pukul 21.00 wib..
https://ilmusurveypemetaan.com/2012/05/10/materi-9-sejarah-survei-dan-pemetaan/.
Diakses Jumat, 04 Oktober 2019, pukul 21.00 wib.
[1]http://www.jasasurveypemetaan.com/fakta-menarik-tentang-surveying/.
Diakses Jumat, 04 Oktober 2019, pukul 21.00 wib.
[2] Marco Ceccarelli, dkk., “The groma, the
surveyor's cross and the chorobates. In-depth notes on desaign of old
instruments and their use”. Jurnal Disegnare : idee immagini, ideas images,
XXII, Anno 42, (2011). 22.
[3] Ibid., 23.
[4] Ibid., 23.
[5] Ibid., 23.
[6] Ibid., 23.
[7]https://ilmusurveypemetaan.com/2012/05/10/materi-9-sejarah-survei-dan-pemetaan/.
Diakses Jumat, 04 Oktober 2019, pukul 21.00 wib.
[8] World Jambore
Mondial, Esperienze Progeti 125, Rivista Bimistrale del, Centro Studi ed
esperienze scaut Baden Pawell (Chile : Autorizz. Tribunalle do Modena ,
1999), h. 6. File pdf dalam bahasa
Spanyol.
[9] World Jambore
Mondial, Esperienze Progeti 125, Rivista Bimistrale del, Centro
Studi..., h. 6.
[10] World Jambore
Mondial, Esperienze Progeti 125, Rivista Bimistrale del, Centro
Studi..., h. 7.
[11] World Jambore Mondial, Esperienze Progeti
125, Rivista Bimistrale del, Centro Studi..., h. 26-27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Komentar di bawah ini :